Jumat, 18 April 2008

Launching Ceremony www.banten21.com









Launching ceremony http://www.banten21.com di Monte Carlo.

Monte Carlo adalah cafe 2 lantai persis di depan Kantor Dinas Pajak Propinsi Banten di Serang.Tempat yang nyaman untuk santap malam bersama keluarga, teman atau pasangan.Apalagi jika kita dapat tempat duduk di front view lantai dua, sambil menikmati pemandangan yang melintas sebagai penambah suasana rileks.

Menurut Pak Riszaldi sebagai penggagas http://www.banten21.com, Visi utama http://www.banten21.com adalah menjadi Web Portal daerah Banten. Dengan Informasi Pariwisata, Industri, Lowongan Kerja, dan Penghubung Product-product wirausahawan di daerah Cilegon, Serang, Rangkas, Pandeglang dan Tangerang.

Semoga member Anak-Cilegon bisa memanfaatkan Portal ini untuk Productnya masing-masing.

Wassalam
@MIR

Rabu, 16 April 2008

LULUR BALI

Lulur Bali SEKAR JAGAT

100 gram/pc

BEST PRICE

GREENTEA

Manfaat :
Mengangkat kulit mati, kotoran dan debu, memberi nutrisi pada kulit. memperbaiki sirkulasi O2 dan peredaran darah tepi, memutihkan kulit, menjaga kelembaban kulit dan mencegah kulit keriput, mengandung zat antioxidan, menghilangkan bekas jerawat, flek - flek, menghilangkan selulit, mencegah kanker kulit.
Kandungan :
Teh hijau, beras putih, kacang hijau, kedele, biji teratai, sari bunga campaka, kamboja, daun delem,sari bunga olive, sari bunga melati.

MILK
BATH Manfaat :
Memberi nutrisi pada kulit. memperbaiki sirkulasi O2 dan peredaran darah tepi. memutihkan kulit. menjaga kelembaban kulit dan mencegah kulit keriput. mengandung zat antioksidan, hilangkan bekas jerawat, flek-flek, dan mencegah kanker kulit, memberi protein pada kulit, melemaskan kulit yang kaku, memberi kesegaran dan menjaga kelembaban kulit.
Kandungan :
Susu full cream, susu skim, biji gandum, biji teratai, vanila , biji kedelai, tepung bengkoang, sari bunga olive, sari bunga melati.

CENDANA

Manfaat :
Mengangkat kulit mati, kotoran dan debu, menghilangkan bau badan, memberi nutrisi pada kulit, memperbaiki sirkulasi O2 dan peredaran darah tepi, memutihkan kulit, menjaga kelembaban kulit dan mencegah kulit keriput.

Kandungan :

Beras merah, beras putih, kacang hijau, kedele, kelebet, pulosari, bidara laut, kayumanis, cendana, temulawak, temugiring, akar wangi, bunga tunjung, bunga gambir, daun delem, sari bunga olive , sari bunga melati

WORTEL

Manfaat :
Mengangkat kulit mati,kotoran dan debu,Menghilangkan bau badan,Memberi nutrisi pada kuli.Memperbaiki sirkulasi O2 dan peredaran darah tepi.Memutihkan kulit.Menjaga kelembaban kulit dan mencegah kulit keriput. B carotin dan pro vit A yang kaya pada wortel akan membantu pembentukan epitel kulit baru ,memberi kesegaran dan kesehatan kulit alami.
Kandungan :
Wortel organic,tepung bengkoang,Tepung beras merah,sari bunga olive,sari bunga melati.

SEAWEED

Manfaat :
Menghilangkan bau badan, memberi nutrisi pada kulit, memperbaiki sirkulasi O2 dan peredaran darah tepi, memutihkan kulit, menghilangkan flek flek kulit, memberi gizi pada kulit, membuat kulit bercahaya, mencegah jerawat.
Kandungan :
Rumput laut,Biji teratai,umbi-umbian,tepung bengkoang,daun delem ,kacang hijau,sari bunga olive, sari bunga melati.

BENGKOANG

Manfaat :
Kandungan antiseptik di dalamnya, sangat baik untuk mengatasi berbagai keluhan kulit, gatal-gatal, jerawat, dll. Juga sebagai peel off mask, yang berguna untuk mengencangkan kulit anda sekaligus tentunya mengangkat kotoran dan mengikis sel-sel kulit mati sehingga tubuh lebih bersih, halus dan mulus.
Kandungan :
Tepung bengkoang, tepung gandum, jeruk nipis, aquadest, olive oil, sari bunga melati

LIDAH BUAYA

Manfaat :
Lidah buaya mengandung saponin yang mempunyai kemampuan membunuh kuman, serta senyawa antrakuinon dan kuinon sebagai anti biotik dan penghilang rasa sakit. la juga merangsang pertumbuhan sel baru pada kulit.
Dalam gel lidah buaya terkandung lignin yang mampu menembus dan meresap ke dalam kulit. Sehingga gel akan menahan hilangnya cairan tubuh dari permukaan kulit. Akibatnya, kulit menjadi tidak cepat kering.
Kandungan :
Ekstrak lidah buaya, tepung bengkoang, tepung gandum, olive oil, aquadest, sari bunga kamboja.

HONEY COCONUT

Manfaat :
Mampu membunuh jamur dan memulihkan infeksi. Vitamin E (mikronutrien paling utama) yang terdapat dalam bentuk tokoferol berfungsi sebagai antioksidan yang sangat berguna menjaga kesehatan dan kecantikan kulit, melembutkan kulit dan melembabkan kulit, cocok untuk ruangan ber-AC.
Kandungan :
Tepung kelapa, madu, tepung bengkoang, tepung gandum, olive oil, aquadest, sari bunga mawar.

BOREH

Manfaat :
Menyembuhkan nyeri otot, mencegah rematik, mengatasi letih dan lesu juga bagus untuk demam dan flu.
Kandungan :
Tepung cengkeh, tepung jahe, tepung kencur, merica hitam, tepung kayu manis, tepung gandum, olive oil, aquadest, sari bunga cengkeh.

AVOCADO

Manfaat :

Memberikan kelembaban alami yang sempurna , sangat cocok untuk kulit kering dan keriput, mengangkat kotoran dan debu, memberi nutrisi pada kulit.
Kandungan :

Buah avocado matang, tepung bengkoang, beras merah, srai bunga olive, sari bunga melati.

STRAWBERRY

Manfaat :


Sebagai antioksidan bisa menunda proses penuaan dan melindungi sel-sel tubuh dari kanker.
Kandungan :
Extract strawberry, tepung bengkuang, tepung gandum, olive oil,

CHOCOLATE

Manfaat :
Mengandung antioksidan untuk pencegahan penuaan dini, begitu juga kandungan katekin membuat kulit bersih dan bercahaya.
Kandungan :
Tepung coklat, tepung bengkuang, tepung gandum, sari buah coklat, olive oil, aquadest.

PAPAYA

Manfaat :

Meremajakan lapisan kulit dermis, mencegah penuaan dini, menetralisir kelembaban kulit, cocok untuk segala jenis kulit
Kandungan :

Buah pepaya lokal, tepung ketan, beras merah , kedelai

COFFEE

Manfaat :

Memberi nutrisi pada kulit, memperbaiki sirkulasi O2 dan peredaran darah tepi, menghilangkan bau badan, menghilangkan lelah, memperlancar peredaran darah.

Kandungan :

Kopi bali asli, tepung karang laut, biji teratai, beras merah, ketan hitam,beras putih, daun delem, dll

HOW TO ORDER

Ato kirimkan sms 0878 7118 0474

Pembayaran dimuka ke rekening BCA

Ongkos kirim untuk Jakarta sebesar Rp. 5.000/kg

[1 kg bisa memuat maksimal 8 pcs lulur]

Untuk daerah lain disesuaikan dengan TIKI.

Lulur akan dikirimkan setelah payment diterima.

Proses pengiriman dilakukan langsung dari BALI untuk memastikan bahwa produknya benar2 FRESH dari pabrik.

Pesanan akan tiba ditempat dalam jangka waktu kurang lebih 3-4 hari setelah pengiriman. Kemungkinan keterlambatan bisa terjadi apabila ada hambatan dalam penerbangan atau minimnya ketersediaan produk dari pabrik


Senin, 14 April 2008

Manfaat K E L O R

Dear All,

Kemarin saya tanam batang kelor yang saya dapat dari rumah teman
lamaku Marwadi, batang Kelor ini sudah kupotong empat dan ditanam di
pelbagai sudut rumah. Ibuku bilang Kelor bagus untuk penolak bala, aku
senyum dalam hati tapi aku buat riset kecil tentang *Kelor* - Latin: *Moringa
oleifera*; temuanku ini membuat aku terkejut sendiri, ternyata Kelor sudah
dinobatkan sebagai penyelamat umat manusia yang sudah terbukti manfaatnya
selama 5000 tahun di India. Kelor menjadi tanaman serbaguna untuk
penggunaan mulai dari bahan makanan, vitamin C, obat cacingan, insectisida
nabati, pupuk hijau, pakan ternak, biogas, penggemuk ternak dan daftarnya
puanjuang buanget.

Untuk lebih jelasnya, silahkan klik link di bawah ini, hasilnya luarbiasa :)
http://www.treesfor life.org/ documents/ moringa/presenta tion/Moringa% 20Presentation% 20%28General% 29%20screen. pdf

Selamat menikamati dan belajar banyak dari manfaat Kelor.
Kalau nebang cabang kelor di rumah, jangan lupa daunnya untuk sayur. dulu
ibuku suka bikin sayur bening kelor dengan ubi jalar :) atau dengan jagung
tongkol. Uenak banget, apalagi pakai udang kering.

Semoga bermanfaat,
Elias

*Dr. Elias Tana Moning M. Agr., Ed. D.
Outreach International
*Location: Jakarta, Indonesia
Local time: GMT + 7 hours
Skype: emoning
YM:emoning2000

Jumat, 11 April 2008

Mulai dari usia muda

Merintis usaha atau memasuki dunia entrepreneur memang bisa dimulai
disaat usia berapapun, termasuk saat sudah usia diatas 45 tahun. Ada
juga yang sukses usaha justru ketika ia sudah diatas 45 tahun. Kolonel
Sanders yang mendirikan KFC juga mulai setelah 40 tahun. Toh demikian,
kalau kita berpikir resiko dan energi, bagaimanapun juga tetap lebih
baik memulai usaha ketika usia muda (dibawah 40 tahun). Memulai usaha
saat masih muda punya beberapa kelebihan. Ketika masih muda, biasanya
energi dan sumberdaya yg dimiliki masih bisa lebih total dicurahkan
untuk perintisan usaha.

Contohnya soal modal uang, permodalan kita bisa fokus untuk bisnis.
Namun kalau mulai usaha saat anak-anak mulai membutuhkan biaya
pendidikan dll, biasanya lebih ribet. Pokoknya ketika anak-anak mulai
besar banyak kebutuhan deh. Usia muda biasanya juga lebih mobil untuk
melakukan terobosan kesana-kemari. Katakanlah harus merintis
pengembangan jaringan (network) bisnis hingga harus keluar ke berbagai
kota dan harus nginap kesana kemari, juga masih lebih fleksibel.
Apalagi kalau yang masih bujang. Bahkan nginep di pom bensin atau di
fasilitas umum pantas-pantas saja. Maklum, biasanya dalam siklus
entrepreneurship, tahap tersulit itu saat perintisan dan disitu
biasanya butuh effort yang lebih.

Lebih dari itu, kalau toh apes-apesnya upaya perintisan usaha itu
akhirnya gagal, maka karena masih muda, orang itu masih bisa banting
stir kembali ke dunia profesional (karyawan). Perusahaan-perusaha an
pada umumnya lebih suka mencari SDM yg masih muda dan energik. Kita
masih bisa mengatakan teman2 atau relasi kita untuk kembali mengajar
jadi guru, dosen, dll, ataupun staff karyawan dimana kawan2 bekerja,
misalnya. Pokoknya masih fleksible dan banyak peluang yang bisa
dilakukan. Kalau toh gagal di suatu bisnis, masih bisa coba-coba
bisnis yang lain kalau usianya masih muda.

Kiat memulai usaha persis seperti ini juga diterapkan Mohamad Nadjikh,
pengusaha sukses eskportir produk perikanan laut dari Gresik. Dulu
beliau juga merintis usaha ketika usia 31 tahun karena dengan
pertimbangan seperti itu. Pendeknya, kalau toh gagal, masih bisa
melakukan alternatif lain. Disamping itu di usia tersebut putra-putri
beliau belum butuh biaya macam-macam. Yang jelas kini Pak Nadjikh
sudah menjadi pengusaha sukses dengan karyawan lebih dari 5.000 orang.
Padahal ia memulainya hanya dengan beberapa juta karena latar belakang
keluarga beliau memang bukan orang empunya. Tentu saja beliau punya
kiat dan strategi sukses tersendiri.

(Kiat-kiat dan cara membangun bisnis model Mohamad Nadjikh dan 9
pengusaha lainnya, selengkapnya bisa kawan-kawan baca di buku terbitan
Gramedia "10 Pengusaha Yg Sukses Membangun Bisnis dari 0", disusun
Sudarmadi).

Semoga sukses untuk kita semua, di bisnis dan di keluarga.

Salam

Kamis, 10 April 2008

Biofuel dan Kemiskinan

Mengapa target biofuel Uni Eropa bisa membawa bencana bagi kaum miskin?

Jalan menuju transportasi berkelanjutan?
Pada bulan Januari tahun 2007, Komisi Eropa mengumumkan Peta Energi Terbaharui mereka, yang mengusulkan sebuah target wajib agar penggunaan biofuel (bahan bakar biologis) sebagai bahan bakar untuk transportasi menjadi sepuluh persen dari total penggunaan bahan bakar setiap negara anggota sebelum tahun 2020. Di wilayah belahan bumi bagian selatan, target ini menciptakan perlombaan besar-besaran untuk menyuplai kebutuhan biofuel EU (Uni Eropa) tersebut, dan ini membawa ancaman serius kepada penduduk akan terjadinya pengambil-alihan lahan, eksploitasi, dan memburuknya ketersediaan bahan pangan. Adalah suatu hal yang tidak dapat diterima jika penduduk miskin di negara-negara berkembang harus menanggung biaya reduksi emisi di EU. Untuk menghindari hal ini, dalam proposal tersebut, Komisi Eropa harus menyertakan standard-standard sosial dalam kerangka berkelanjutan, dan menyusun mekanisme dimana target sepuluh persen tersebut dapat kemudian direvisi jika terbukti target tersebut malah membawa ancaman bagi penghidupan masyarakat miskin di wilayah tersebut.

Secara prinsip, target tersebut telah disetujui Dewan Uni Eropa pada bulan Maret, dengan syarat target tersebut akan dicapai secara berkelanjutan. Menanggapi hal itu, Komisi Eropa mengadakan sebuah pertemuan konsultasi pada musim semi lalu dan menghasilkan suatu usulan terhadap definisi keberlanjutan, yang mengandung beberapa prinsip lingkungan, namun tanpa prinsip-prinsip sosial. Akhirnya, pada bulan September, Parlemen Eropa meminta adanya skema sertifikasi wajib yang dapat menjamin bahwa biofuel tidak akan menyebabkan, langsung atau tidak langsung, masalah-masalah sosial seperti kenaikan harga bahan pangan dan pemindahan penduduk. Saat ini, Komisi Eropa sedang dalam proses pembuatan draft untuk proposal legislatifnya, yang diharapkan selesai pada tanggal 5 Desember, yang akan menentukan bagaimana biofuel ‘berkelanjutan’ kemudian didefinisikan, dan ukuran-ukuran apa yang layak terkandung di dalamnya.

Sepuluh persen, tapi darimana?
Biofuel adalah bahan bakar cair yang diolah dari bahan-bahan organik; sebagian besar dari tumbuh-tumbuhan. Bahan bakar ini biasanya dicampur dengan bahan bakar fosil yang kemudian digunakan untuk kendaraan bermotor pada umumnya. Ethanol dapat menggantikan bensin, dan diproduksi dari serbuk tanaman mengandung gula seperti jagung dan gandum atau tebu dan lobak. Biodiesel dapat menggantikan solar, dan biasanya diolah dari tanaman penghasil minyak seperti minyak biji lobak dan minyak kelapa sawit.

Alasan EU untuk meningkatkan penggunaan biofuel adalah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (karbon). Sebenarnya, tingkatan pengurangan gas karbon dari biofuel sangatlah bervariasi, dan bergantung pada jenis bahan baku, praktek pertanian, jalur produksi, dan efek-efek perubahan pada penggunaan lahan. Analisa siklus kehidupan pada faktor-faktor di atas menunjukkan bahwa biofuel yang diproduksi dari tanaman daerah tropis memiliki efek reduksi karbon dan efisiensi yang lebih baik daripada tanaman yang tumbuh di Eropa. Namun EU lebih menyukai bahan baku dari tanaman domestik (Eropa) dengan berbagai pertimbangan dari sudut pandang insentif, subsidi, tarif dan aturan teknis. Hal ini mengundang kritik yang mempertanyakan aspek keberlanjutan dari kebijakan biofuel EU dan motif-motif yang ada dibaliknya..

Sekarang ini, penggunaan biofuel dapat mencapai sekitar satu persen dari kebutuhan bahan bakar transport EU. Dan dengan adanya target tahun 2020 tersebut berarti ada peningkatan permintaan biofuel, pertama karena hal ini berarti terjadinya peningkatan proporsi biofuel dalam total campuran bahan bakar transport dengan faktor sepuluh, dan kedua karena angka ini akan terus meningkat. Untuk mengantisipasi hal ini, EU akan harus mengimpor dari negara-negara berkembang dimana bahan baku biofuel yang lebih efisien seperti tebu dan kelapa sawit dapat dibudidayakan. Negara-negara yang merupakan tempat terbaik untuk budidaya tanaman bahan baku biofuel, di antaranya adalah:

  • Malaysia dan Indonesia, yang memiliki sekitar 80 persen produksi global minyak kelapa sawit, yang diharapkan mampu memenuhi 20 persen dari pasar biofuel Eropa sebelum 2009; dan
  • Brazil, yang memiliki sekitar separuh dari export ethanol dunia, dan diharapkan mampu meningkatkan produksi tebu sebanyak 55 persen dalam kurun waktu enam tahun ke depan supaya bisa mengantisipasi permintaan ethanol dari EU dan US (Amerika Serikat).

Banyak juga negara miskin lainnya yang sedang mencoba berinvestsasi dalam biofuel, dengan harapan bisa mendapatkan bagian dari ‘proyek’ biofuel EU. Wilayah selatan Afrika dikatakan memiliki potensi untuk menjadi “Daerah Timur Tengah” (kaya minyak)-nya biofuel. Laporan terakhir tentang potensi biofuel Tanzania menunjukkan bahwa hampir setengah area negara tersebut sangat sesuai untuk produksi biofuel; pada saat ini, pemerintah Tanzania sedang menjamu perusahaan-perusahaan biofuel sepert Sun Biofuels dari Inggris, untuk membicarakan kemungkinan terjadinya investasi. Di Mozambik, hampir 22 juta hektar – sekitar 40 persen dari luas daratan negara tersebut – telah diidentifikasikan sebagai lahan yang cocok untuk tanaman penghasil biofuel, dimana Eropa sebagai pasar potensialnya.

Berkelanjutan untuk siapa?
Dalam kondisi-kondisi yang tepat, biofuel dapat memberikan peluang-peluang bagi pengentasan kemiskinan melalui sektor pertanian, yaitu terciptanya lapangan kerja bagi para buruh tani dan pasar untuk petani kecil. Proyek biodisel pertama diluncurkan di Brazil pada tahun 2005. Dan dengan menggunakan metode pertanian berkelanjutan, proyek tersebut mampu memberikan mata pencaharian bagi sekitar 25.000 keluarga. Produk biofuel lokal tersebut juga dapat meningkatkan akses energi bagi masyarakat miskin – misalnya program sosial biodisel di Brazil tersebut menargetkan produksi bahan bakar bagi penyediaan sarana listrik di daerah pinggiran.

Sayangnya kondisi-kondisi seperti itu, termasuk kebijakan-kebijakan nasional maupun pemerintahan yang berpihak pada kaum miskin, lingkungan, dan kondisi sosial masyarakat tidak terlihat pada model agro-industri tersebut. Sebaliknya, sedang terjadi perlombaan besar-besaran di kawasan selatan bumi untuk menyuplai pasar biofuel Eropa, dan komunitas miskin semakin tertindas.

Hilangnya Mata Pencaharian
Pembukaan hutan untuk perkebunan biofuel telah meningkatkan keprihatian yang sangat serius dari perspektif lingkungan hidup. Selain itu, jutaan orang juga terancam terusir dari tanah tempat tinggal dan sumber mata pencaharian mereka saat pertarungan biofuel semakin meningkat. Hal ini justru terjadi kepada mereka yang dapat dikategorikan sebagai kelompok masyarakat pinggiran dan termiskin di dunia. Ketua Forum Permanen untuk Isu-Isu Pribumi PBB memperingatkan bahwa 60 juta penduduk asli di seluruh dunia terancam terusir dari tanah dan lahannya untuk perkebunan tanaman biofuel. Lima juta di antaranya berasal dari Indonesia, khususnya di wilayah Kalimantan Barat. Di Kolombia, kelompok-kelompok paramiliter memaksa orang keluar dari tanah mereka dengan todongan senjata api, dan menyiksa serta membunuh mereka yang menolak, dan menggunakan lahan mereka untuk penanaman kelapa sawit, untuk produksi biofuel. Hal ini mengakibatkan terjadinya salah satu krisis pengungsi terburuk di dunia. Kebanyakan tindak kekerasan ini terjadi di daerah masyarakat tradisional penduduk asli dan komunitas keturunan Afrika. Di Tanzania, banyak laporan yang menyebutkan kelompok penduduk tidak berdaya seperti disebutkan sebelumnya dipaksa untuk menyingkir dari tempat tinggal mereka karena lahan mereka akan digunakan bagi perkebunan biofuel.

Saat mereka kehilangan tanahnya, mereka juga langsung kehilangan mata pencahariannya. Banyak yang akan berakhir dalam antrian pencarian pekerjaan yang tidak berkesudahan, lainnya akan masuk dalam siklus berganti-ganti pekerjaan, dan sebagian akan dipaksa bekerja – walaupun dalam kondisi pekerjaan yang tidak layak – di daerah perkebunan yang sebelumnya adalah tanah mereka.

Studi kasus: sengketa lahan di Indonesia
Lahan untuk perkebunan kelapa sawit di Indonesia direncanakan akan dikembangkan dari yang sekarang sekitar enam juta hektar menjadi dua puluh hektar sebelum tahun 2020 – hampir lima kali luas wilayah Belanda. Sawit Watch, partner Oxfam di Indonesia, memperkirakan ada sekitar 400 komunitas yang terlibat dalam sengketa lahan yang berhubungan dengan kelapa sawit. Salah satu wilayah yang sedang mengalami expansi terbesar perkebunan kelapa sawit adalah Kalimantan Barat.

Margaretha Yuniar, 43 tahun, dari desa Kampuh di Kalimantan Barat adalah seorang guru, dan menginginkan ke tiga anaknya mendapatkan pendidikan yang layak. Karena mahalnya biaya pendidikan, untuk menambah penghasilan, pada tahun 1996 dia dan keluarganya memutuskan untuk menggunakan lahan kecil milik mereka untuk budidaya kelapa sawit. Jadi mereka memberikan lahan mereka seluas 7,5 hektar kepada PT Ponti Makmur Sejahtera (PMS). Kemudian 2 hektar akan dikembalikan kepada mereka untuk ditanami kelapa sawit, dan PT PMS tetap mengelola 5 hektar dari mana kemudian akan dibayarkan kepada mereka lima persen dari keuntungan bersih setiap tahunnya. Setengah hektar sisanya digunakan untuk tempat tinggal mereka. Tidak sampai enam tahun kemudian, pada tahun 2002, Yuniar diberikan bukan dua tetapi hanya satu setengah hektar, dan bukan dari lahan yang sebelumnya dia berikan. Keadaan semakin memburuk karena kemudian pemilik aslinya tidak mengijinkan Yuniar dan keluarganya untuk memanen kelapa sawit dari lahan tersebut. Saat itu Indonesia mengalami krisis ekonomi yang sangat buruk, dan PT PMS harus bermerger dengan sebuah perusahaan Malaysia, Austral Enterprises Berhard, yang membentuk PT Mitra Austral Sejahtera (PT MAS). Golden Hope, salah satu pemilik perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia, kemudian mengambil alih operasi PT MAS pada tahun 2005.

Pada bulan Juni tahun ini, 800 petani mendatangi kantor bupati setempat, yang dianggap bertanggung jawab terhadap pemberian ijin kepada perusahaan-perusahaan untuk konsesi lahan.

“Ada sekitar 50 petani perempuan pada demonstrasi tersebut’, kata Yuniar. ‘Kami datang dengan anak-anak kami dan dari desa Kampuh, sembilan petani perempuan teman saya ikut dalam demonstrasi tersebut.

Walaupun ada tawaran baru dari Golden Hope, sengketa kepemilikan lahan tersebut belum terselesaikan.

Walaupun orang-orang tersebut nantinya bisa mendapatkan lagi lahan mereka, mata pencaharian mereka masih akan terancam oleh praktek-praktek tidak berkelanjutan dari perkebunan yang bisa mencemari air, udara, dan tanah sekitar. Sistem irigasi perkebunan tersebut meningkatkan tingkat kelangkaan air sehingga komunitas di sekitar kesulitan untuk mengairi lahan pertanian mereka. Tanah dan aliran air juga terkena polusi dari limbah pabrik dan sisa-sisa bahan kimia, yang membawa bencana bagi mereka yang berada di daerah bawah aliran sungai dari perkebunan tersebut; udara juga bisa tercemar oleh bahan-bahan kimia atau aktivitas pembakaran.

Pekerjaan yang tidak layak
Standar buruh di perkebunan sangatlah buruk. Para pekerja di perkebunan tebu di Brazil dibayar berdasarkan berapa banyak batang tebu yang mampu mereka potong – mereka hanya menghasilkan sekitar 1 dollar lebih sedikit dari setiap ton yang dipanen. Sistem pembayaran seperti ini secara sistematis mendiskriminasi para pekerja wanita yang pada umumnya tidak mampu memotong batang tebu lebih banyak dibandingkan kaum lelaki. Para pekerja juga ditempatkan di lingkungan kumuh tanpa akses air bersih dan diharuskan membeli makanan dan obat-obatan di daerah perkebunan tersebut dengan harga yang dinaikkan dari harga biasanya. Dalam beberapa kasus, lingkaran hutang-piutang mengikat para pekerja kepada perusahaan, yang mengakibatkan terjadinya perbudakan tenaga kerja. Shift, waktu kerja, dapat berlangsung selama 12 jam dalam temperatur di atas 30°C, dan 14 pekerja dilaporkan meninggal dunia karena keletihan saat bekerja pada masa panen tahun 2004/2005 dan 2005/2006.

Di perkebunan kelapa sawit di Indonesia, kaum perempuan wanita sering dipaksa bekerja tanpa dibayar untuk membantu suami mereka memenuhi kuota produksi. Padahal mereka juga masih harus mengurusi anak, memasak, mengumpulkan kayu bakar, dan mengambil air, yang karena luasnya wilayah perkebunan, mereka terpaksa harus berjalan kaki lebih jauh untuk melakukan tugas-tugas mereka tersebut. Pekerja perempuan di Indonesia secara rutin didiskriminasi dalam hal: perusahaan sering membayar mereka lebih rendah dari pekerja laki-laki hanya karena dikatakan pekerjaan mereka lebih mudah. Di Malaysia, sekitar setengah dari jumlah pekerja perkebunan adalah perempuan, dan biasanya direkrut untuk menyemprot herbisida dan pestisida. Sering sekali, pelatihan yang layak dan alat yang aman tidak tersedia cukup. Hal-hal tersebut berimplikasi besar bagi kesehatan jangka panjang mereka.

Sering juga para pekerja tidak dapat meningkatkan kondisi kerja mereka ke taraf yang lebih baik karena hak untuk mengorganisasi asosiasi tenaga kerja tidak diijinkan. Di Kolombia, aktivis-aktivis buruh kelapa sawit dibunuh dan disiksa. Di daerah-daerah lain di Amerika Latin, pembentukan asosiasi buruh dipersulit melalui hukum perburuhan yang lemah, intimidasi, dan rendahnya hak buruh.

Di Indonesia, walaupun pembentukan asosiasi buruh diperbolehkan secara hukum, International Trade Union Confederation (Konfederasi Asosiasi Buruh Internasional) mencatat praktek-praktek asosiasi buruh dilemahkan oleh intimidasi dan proses mediasi yang sengaja diperlama, yang ujung-ujungnya berakhir dengan demonstrasi dan pemogokan kerja. Dalam konteks ini, Musim Mas, perusahaan minyak kelapa sawit di Indonesia, tahun lalu memecat 700 pekerjanya karena terlibat demonstrasi dan pemogokan, yang secara tidak langsung membuat para pekerja dan 1000 anggota keluarga mereka kehilang rumah, dan mendropout anak-anak mereka dari sekolah.


Eksploitasi petani kecil
Sekitar 20 persen minyak kelapa sawit Indonesia diproduksi oleh para petani kecil, yang bisa memberi nafkah kepada 4,5 juta orang anggota keluarga mereka. Kebanyakan dari mereka berasal dari masyarakat lokal yang kehilangan tanah mereka untuk perluasan lahan perkebunan dan ‘dihadiahi’ lahan dua hektar untuk ditanami kelapa sawit. Para petani kecil ini terikat dengan perusahaan besar yang memberikan kredit saat persiapan lahan dan aktivitas pembibitan. Hutang ini kemudian berakumulasi selama delapan tahun pertama sebelum kelapa sawit yang ditanam dapat memberikan keuntungan, dan para petani diwajibkan menjual hasil panen mereka kepada perusahaan tempat mereka berhutang. Hal ini, dan fakta bahwa produk panen mereka harus diproses dalam waktu 48 jam, berarti bahwa para petani kecil ini tidak memiliki pilihan kepada siapa panen harus dijual. Hasilnya, bayaran yang mereka terima sangatlah jauh di bawah harga pasar, sering terlambat, dan sering masih harus dipotong dengan alasan-alasan yang tidak jelas.

Ketersediaan Pangan
Produksi biofuel menciptakan kompetisi sumber daya dengan bahan pangan dan produk pertanian lainnya. Laporan terakhir dari FAO (Organisasi Pangan PBB) dan Organization for Economic Co-operation and Development (Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi) memprediksikan harga bahan pangan global akan naik selama sepuluh tahun ke depan dalam kisaran 20 – 50 persen dibandingkan harga saat ini, dan menyebutkan biofuel sebagai salah satu pemicunya. Tentu saja, meningkatnya harga komoditi pertanian merupakan berita gembira bagi jutaan petani miskin yang telah menderita selama beberapa dekade karena stagnasi dalam pasar komoditi global. Tetapi tetap ada juga yang menderita.

Pada tingkatan rumah tangga, penduduk miskin dengan kemampuan terbatas untuk memanfaatkan peluang pasar biofuel ini terancam akan kekurangan bahan pangan. Pada level nasional, negara dengan pendapatan rendah yang bergantung pada impor bahan pangan juga akan terancam. FAO mendata ada 82 negara yang masuk dalam kategori ini, LIFDCs (Low Income Food Deficit Countries), yang separuhnya ada di Afrika, yang menurut data LIFDCs adalah dua per tiga dari populasi dunia. Ada berbagai alasan mengapa negara-negara ini sangat bergantung kepada impor untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Sebagian negara ini mengekspor komiditi tropis (seperti minyak kelapa sawit) dan mengimpor bahan pangan. Di negara-negara ini, tagihan import dapat dikompensasi dengan harga ekspor biofuel yang juga meningkat. Tetapi ada beberapa dari kelompok negara tersebut yang tidak mampu mengimbangi pendapatan hasil ekspor dengan melambungnya harga bahan pangan.

Negara-negara lain yang masuk dalam kategori LIFDCs tidak mampu memproduksi cukup bahan pangan karena alasan-alasan seperti konflik, lemahnya infrastruktur, faktor geografis, dan faktor cuaca. Untuk mereka, biofuel bukannya menawarkan peluang, tetapi justru ancaman.

Mungkin, ancaman yang lebih besar dari kenaikan harga bahan pangan adalah meningkatnya volatilitas (kecenderungan untuk mudah naik dan turun) harga. Penduduk miskin, yang menghabiskan lebih dari separuh penghasilannya untuk makanan, akan menjadi semakin tidak berdaya. Saat permintaan biofuel meningkat, harga bahan pangan dan minyak semakin berkaitan satu sama lain. Hal ini akan meningkatkan fluktuasi harga bahan pangan saat volatilitas dari energi berpindah ke pasar bahan pangan. Mandat konsumsi biofuel, seperti target sepuluh persen EU, hanya akan memperburuk volatilitas karena permintaan akan semakin kurang responsif terhadap kenaikan harga.

Kesimpulan: prinsip-prinsip sosial sangat dibutuhkan
Biofuel tidak harus membawa bencana bagi penduduk miskin – malah seharusnya menawarkan peluang-peluang mata pencaharian dan pasar yang baru. Tetapi model agro-industri yang sekarang ada tidak menawarkan peluang tetapi justru malah ancaman. Tanpa kebijakan yang tepat oleh perusahaan, pemerintah produsen, dan pemerintah pengimpor, berbagai dampak sosial negatif di atas akan semakin memburuk saat perlombaan produksi biofuel semakin intensif. Langkah-langkah yang harus dilakukan EU dalam memainkan peranannya adalah seperti yang tercantum di bawah ini.

Lebih banyak fleksibilitas
Memastikan aspek berkelanjutan harus didahulukan sebelum mencapai target sepuluh persen tersebut, dan tidak boleh didiamkan begitu saja. Proses formal, yang didasarkan pada penilaian dampak dan tinjauan terhadap ketersediaan bahan pangan yang dilaksanakan secara tahunan harus dilakukan supaya target tersebut dapat direvisi jika tidak dilakukan secara berkelanjutan.

Standard Sosial
Selain standar-standar lingkungan, EU harus menyusun standar-standar sosial yang dapat diterapkan terhadap seluruh aspek yang berhubungan dengan biofuel tanpa terkecuali, yang adalah:

  1. Seluruh pekerja, laki-laki dan perempuan, bekerja dalam kondisi yang layak sebagaimana didefinisikan oleh ILO (badan PBB untuk perburuhan)
  2. Budidaya tanaman tidak berdampak negatif kepada komunitas lokal dan penduduk asli.
  3. Petani kecil, laki-laki dan perempuan, diperlakukan secara adil dan transparan.
  4. Hak-hak untuk ketersediaan bahan pangan tetap dijaga.

Prinsip-prinsip dan kriteria yang menggarisbawahi produksi biofuel harus dibuat sebagai bagian dari proses inklusif yang melibatkan negara-negara produsen dan organisasi-organisasi yang mewakili mereka yang paling terkena dampak secara sosial: pekerja perkebunan laki-laki dan perempuan dan para petani kecil, komunitas lokal, dan penduduk asli. Standar-standar ini harus juga menyediakan sarana dimana para petani kecil bisa memperoleh sertifikasi, seperti skema sertifikasi kelompok.

EU harus menjamin bahwa reduksi emisi transportasi tidak akan dibayar oleh terancamnya mata pencaharian penduduk miskin. Untuk itu, ukuran-ukuran di atas harus dimasukkan dalam suatu bentuk perundang-perundangan EU. Jika tidak, EU harus sadar bahwa target sepuluh persen tersebut tidak akan tercapai secara berkelanjutan, dan untuk itu target tersebut harus dibatalkan.

(Sumber: Diterjemahkan dari versi Bahasa Inggris -http://www.oxfam.org/en/policy/briefingnotes/bn_biofuelling_poverty_0711)

Selasa, 08 April 2008

Inovasi Semen dari Sampah

Oleh Dedy Eka Priyanto

Jepang, sebuah negeri penuh inovasi. Mungkin sebutan itu sesuai dengan bagaimana jepang menangani masalah sampah. Setelah berhasil membuat sebuah airport berkelas internasional di Kobe yang dibuat diatas lapisan sampah, lalu menerapkan pembuatan pupuk dari sampah di berbagai hotel di jepang, kini jepang telah berhasil mengubah sampah menjadi produk semen yang kemudian dinamakan dengan ekosemen.

Ekosemen

Diawali penelitian di tahun 1992, dengan dibiayai oleh Development Bank of Japan, para peneliti Jepang telah meneliti kemungkinan abu hasil pembakaran sampah, endapan air kotor dijadikan sebagai bahan semen. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa abu hasil pembakaran sampah mengandung unsur yg sama dg bahan dasar semen pada umumnya. Pada tahun 1998, setelah melalui proses uji kelayakan akhirnya pabrik pertama didunia yang mengubah sampah menjadi semen didirikan di Chiba. Pabrik tersebut mampu menghasilkan ekosemen 110.000 ton per tahunnya. Sedangkan sampah yang diubah menjadi abu yang kemudian diolah menjadi semen mencapai 62.000 ton per tahun, endapan air kotor dan residu pembakaran yang diolah mencapai 28.000 ton per tahun. Hingga saat ini sudah dua pabrik di Jepang yang memproduksi ekosemen.


Gambar 1. Simulasi pembuatan eko semen dari limbah rumah tangga

Pembuatan ekosemen

Penduduk jepang membuang sampah baik organik maupun anorganik, sekitar 50 juta ton/tahun. Dari 50 ton per tahun tersebut yang dibakar menjadi abu sekitar 37 ton per tahun. Sedangkan abu yang dihasilkan mencapai 6 ton/tahunnya. Dari abu inilah yang kemudian dijadikan sebagai bahan dari pembuatan ekosemen. Abu ini dan endapan air kotor mengandung senyawa-senyawa dalam pembentukan semen biasa. Yaitu, senyawa-senyawa oksida seperti CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3. Oleh karena itu, abu ini bisa berfungsi sebagai pengganti clay yang digunakan pada pembuatan semen biasa.

Namun CaO yang terkandung pada abu hasil pembakaran sampah dinilai masih belum mencukupi, sehingga limestone (batu kapur) sebagai sumber CaO masih dibutuhkan sekitar 52 persen dari keseluruhan. Sedangkan pada semen biasa, limestone yg dibutuhkan mencapai 78 persen dari keseluruhan.

Proses selanjutnya adalah abu hasil pembakaran sampah (39 persen), limestone (52 persen), endapan air kotor (8 persen) dan bahan lainnya dimasukkan ke dalam rotary klin untuk kemudian dibakar. Untuk mencegah terbentuknya dioksin, pada proses pembakaran di rotary klin, dilakukan pada 1400 derajat celcius lebih dimana pada suhu tersebut dioksin terurai secara aman.


Gambar 2. Rotary klin (Sumber : www.ichiharaeco.co.jp)

Kemudian gas hasil pembakaran pada rotary klin didinginkan secara cepat untuk mencegah proses pembentukan dioksin ulang. Sehingga hasil gas buangan tidaklah berbahaya bagi manusia. Sedangkan pada hasil pembakaran yang masih mengandung senyawa logam dipisahkan, untuk kemudian dapat dipergunakan untuk kebutuhan lain.
Hasil akhir dari proses ini adalah ekosemen.

Pengaruh plastik vinil

Plastik vinil yang terdapat dalam sampah pada proses pembakaran akan mengakibat kekuatan konkrit ekosemen akan berkurang. Hal ini diakibatkan oleh adanya gas Cl2 hasil peruraian plastik vinil yang dapat mempengaruhi kekuatan konkrit ekosemen.

Kualitas ekosemen

Berdasarkan hasil pengujian JSA (Japan Standar Association) dinyatakan bahwa ekosemen mempunyai kualitas yang sama baiknya dengan semen biasa. Sehingga, hingga saat ini penggunaan ekosemen sudah digunakan dalam pembangunan jembatan, jalan, rumah, dan bangunan lainnya di Jepang.


Gambar 3. Struktur ekosemen (Sumber : www.ichiharaeco.co.jp)

Dengan adanya pengubahan sampah menjadi semen, menambah alternatif pengolahan sampah menjadi barang bermanfaat bagi manusia yang telah membuangnya. Selain itu dengan adanya alternatif pengolahan sampah menjadi semen, biaya pengolahan sampah di Jepang menjadi lebih murah. Bila sebelumnya 40.000 yen per ton (pengolahan sampah konvensional) menjadi 39.000 yen per ton (pengolahan sampah hingga menjadi semen).

Peluang di Indonesia

Indonesia belum bisa lepas dari masalah sampah. Mulai dari penolakan warga masyarakat sekitar TPA akibat kepulan asap dan bau yang ditimbulan pengolahan sampah saat ini hingga kejadian yang tidak pernah dilupakan, tragedi leuwih gajah yang merenggut 24 nyawa tak bersalah.

Sudah banyak upaya yang dilakukan, termasuk dengan mengubahnya menjadi sumber energi (metan) namun akibat kurangnya prospek dari segi ekonomi, akhirnya perkembangannya masih jalan ditempat.

Berhasilnya Jepang, mengolah sampah menjadi semen, tentu menjadi peluang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia. Di Jakarta saja sampah yang dihasilkan oleh warganya mencapai 6000 ton lebih per hari. Selain itu secara prinsip, pembuatan ekosemen hampir sama dengan pembuatan semen biasa, sehingga jika bisa dilakukan kerja sama dengan pihak industri semen, maka akan jadi kerjasama yang menguntungkan baik pihak pemerintah maupun pihak industri. Dari pihak pemerintah penanganan sampah bisa sedikit teratasi dan dari pihak industri mampu mengurangi penggunaan limestone (26 persen).

Namun yang terpenting adalah kemauan pemerintah, khususnya pemerintah kota/daerah, untuk mengelola sampah dengan baik dan memulai untuk mencoba memisahkan sampah antara sampah organik, anorganik, botol dan kaleng menjadi kebudayaan bangsa Indonesia secara luas. Sehingga peluang pemanfaatan sampah menjadi semen atau produk yang lain bisa oleh pihak industri bisa lebih ekonomis.

Dedy Eka Priyanto, Tokyo National College of Technology. Email: dedy_monbusho05@yahoo.co.jp

Senin, 07 April 2008

Segitiga Omzet

Apakah bisnis anda termasuk jenis yang membutuhkan waktu untuk
menyampaikan produk/jasa kepada konsumen? Contoh : bisnis restoran biasa
(bukan fastfood), dari mulai memesan sampai makanan datang akan memerlukan
waktu. Contoh lain : bisnis konsultan, dimana harus membuat suatu report
untuk client dan itu akan memakan waktu. Contoh lain : kontraktor,
butuh waktu untuk pengerjaan suatu rumah/gedung. Contoh lain: bisnis
pengiriman dokumen, bisnis perbaikan mobil, bisnis export-import, dsb.

Jika anda berada di bisnis seperti ini, pasti anda pernah mengalami
kekesalan bertemu dengan konsumen yang menginginkan dapat barang/jasa yang
bagus, menawar dengan sangat murah tetap dan minta dikirim/dilayani
secepatnya. Inilah yang dinamakan Segitiga Bagus-Cepat-Murah. Sebagai
konsumen, jika kita menginginkan sesuatu atau membeli sesuatu, kita
mengharapkan apa yang kita dapat bisa Bagus, Cepat dan Murah. Masalahnya,
apakah memungkinkan untuk mendapatkan ke-3-nya?

Dalam bisnis seringkali dikatakan bahwa kita hanya bisa memilih 2 dari
3 hal yang ada dalam segitiga tersebut. Jika hanya memilih 2, maka
terdapat tiga kombinasi yang memungkinkan dari segitiga tersebut, yaitu :
-Jika ingin hal yang bagus dan cepat, tidak akan bisa murah.
-Jika ingin hal yang bagus dan murah, jangan harapkan bisa cepat.
-Jika ingin hal yang cepat dan murah, tidak akan bisa bagus.

Melayani hanya 2 hal dari Segitiga Bagus-Murah-Cepat merupakan hal yang
biasa. Para pebisnis mencari cara untuk dapat memberikan ke-3-nya.
Apakah bisa? Jawabannya : BISA tetapi DENGAN SYARAT. Apa syaratnya? Ruang
lingkup/scope/pilihan/jumlahnya dibatasi. Dengan pembatasan ini,
mereka menjadi ahli dari hal yang sedikit.

Contoh : restoran fastfood mampu menawarkan makanan yang enak(bagus),
murah dan cepat. Mereka bisa melakukan ini karena mereka tidak memiliki
banyak pilihan menu. Coba bandingkan menu di suatu fastfood dengan
restoran Chinnese Food. Pasti jauh berbeda. Dengan jumlah menu yang sangat
bervariasi akan menyulitkan dalam memberikan sesuatu yang
Bagus-Murah-Cepat. Dengan fokus hanya kepada beberapa jenis menu, mereka bisa
mendapatkan diskon dari supplier karena beli sedikit jenis tetapi jumlahnya
banyak. Dengan sedikit menu, kemampuan memasak menjadi lebih trampil,
sehingga mempercepat proses dan dapat menjaga rasa masakan tetap enak.

Contoh : bengkel mobil yang fokus hanya kepada 1 merek mobil saja akan
lebih bisa memberikan segitiga Bagus-Murah-Cepat dibandingkan bengkel
mobil yang menerima segala jenis mobil. Dengan fokus kepada 1 jenis
merek, mereka tidak perlu menyediakan stok barang yang banyak, yang belum
tentu terpakai. Kemampuan membentulkan juga semakin baik dan cepat,
karena terus menangani merek yang sama.

Tanpa pembatasan ruang lingkup/pilihan atau jumlah, tampaknya akan
sulit untuk memberikan Segitiga Bagus-Cepat-Murah. Pertanyaannya sekarang :
mana yang anda pilih : memberikan hanya 2 hal dari segitiga atau
memberikan ke-3nya tetapi dengan pembatasan. Semoga tulisan ini bermanfaat!

Untuk melihat artikel lain, silakan mengunjungi www.omzetter.com. Anda
juga dapat memanfaatkan promosi silang serta berdiskusi di web tersebut
serta melihat produk-produk kami yang lain.

Salam Omzetter!

Norman Firman MBA
Sales & Marketing Coach
www.omzetter.com

Mandiri pinjami Petani Lampung


LAMPUNG - Hingga akhir 2008, PT Bank Mandiri Tbk akan mencairkan kredit senilai Rp50 miliar kepada sekira 5.400 petani ubi kayu di Lampung. Kredit ini merupakan bagian dari program kredit ketahanan pangan dan energi (KKP-E) yang diluncurkan pemerintah sejak 2007 lalu. Untuk tahap pertama, Bank Mandiri akan menyalurkan kredit senilai Rp11 miliar.

"Proses ini diawali dengan penandatanganan perjanjian kredit antara Bank Mandiri dengan 27 kelompok tani binaan PT Budi Acid Jaya Tbk, pagi ini, di Lampung," kata Direktur Mikro dan Retail Banking Bank Mandiri Budi G Sadikin, dalam keterangan tertulis yang diterima okezone, Jumat (4/4/2008).

Kredit tersebut ditujukan kepada sekira 1.200 petani dengan lahan seluas 2.674 Ha.

Selaku perusahaan inti, Budi Acid akan menjamin pembelian hasil panen ubi kayu petani dan akan membantu kelancaran pengembalian KKP-E ubi kayu kepada bank.

Melihat perkembangan perekonomian dunia akhir-akhir ini, program KKP-E pemerintah sangat tepat sehingga harus cepat disalurkan kepada petani.
"Kredit tersebut akan menggerakkan perekonomian rakyat di sekitarnya secara signifikan," ujar Sadikin.

Bank Mandiri, akunya, menargetkan penyaluran kredit program KKP-E sebesar Rp400 miliar hingga akhir 2008. Selain ubi kayu, sektor lain yang dibiayai adalah budidaya tanaman tebu, jagung, cabai, dan kedelai. (hsp)